Buta tidak hanya terbatas pada kondisi fisik, tetapi juga bisa dialami oleh tubuh rohani kita.
Pergantian tahun kemarin, kami sekeluarga menyaksikan film bergenre thriller berjudul Bird Box. Kisahnya berlatar dunia yang dikuasai monster yang mampu membuat manusia terdorong untuk bunuh diri. Cara terbaik untuk menyelamatkan diri dari monster tersebut adalah dengan menutup mata mereka.
Dari film tersebut, saya menyadari bagaimana orang-orang yang dapat “melihat” (melek pengetahuan agama) sering kali buta secara rohani. Juga, bagaimana kondisi “buta” (pengetahuan agama) terkadang membuat kita lebih peka terhadap kebenaran.
Apa maksudnya?
Mampu Melihat tetapi Buta
Alkitab mencatat sebuah golongan yang buta rohani, meskipun mereka melek pengetahuan tentang Tuhan. Akibatnya, apa yang mereka lihat justru menjadi jerat bagi hidup mereka sendiri.
Orang-orang Farisi merupakan para pengamat dan penegak hukum Taurat yang sangat teliti. Mereka berpikir bahwa Allah mencintai orang yang taat hukum dan menghukum orang yang tidak patuh. Tingginya pengetahuan hukum agama inilah membuat mereka menganggap diri mereka pribadi yang religius dan saleh.
Secara objektif, kaum Farisi bukanlah orang yang tidak bisa membedakan hal yang benar dan tidak benar. Pengetahuan mereka sempurna, kegiatan kerohanian mereka juga tentunya luar biasa. Namun demikian, Yesus menegur mereka dan berkali-kali mengatakan bahwa mereka sesungguhnya “buta.” Mengapa demikian?
Hai orang Farisi yang buta, bersihkanlah dahulu sebelah dalam cawan itu, maka sebelah luarnya juga akan bersih. Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan. – Matius 23:26,28
Yesus tidak pernah memuji orang Farisi yang memiliki segudang pengetahuan dan melakukan hukum Taurat tanpa cela. Sebaliknya, Dia menyebut mereka “buta,” munafik, hanya terlihat bagus dari luar tetapi bobrok di dalam.
Buta yang dimaksud Yesus bukanlah orang yang secara fisik kehilangan penglihatan, tetapi orang yang melek pengetahuan agama, tetapi mata rohaninya buta.
Mari kita lakukan refleksi diri melalui sejumlah poin di bawah ini: apakah jangan-jangan kita juga mengalami buta rohani?
5 Ciri-Ciri Buta Rohani
1. Mengajarkan Orang Lain Melakukan tetapi Diri Sendiri Tidak Melakukan (Matius 23:2-3)
Ungkapan “lebih mudah berkata-kata daripada melakukan” memang ada benarnya. Apakah Anda sering kali dengan cepat dan mudah mengajari orang lain melakukan hal yang benar, tetapi Anda sendiri tidak melakukannya? Hati-hati, Anda mungkin sedang mengalami buta rohani.
Tuhan tidak ingin Anda, sebagai pengikut Kristus yang sejati, menjadi orang yang hanya mampu berteori saja. Anda harus menjadi pelaku firman sebelum mengajari orang lain melakukan firman itu sendiri.
Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak. – 1 Korintus 9:27
2. Melakukan Segala Sesuatu Hanya agar Dilihat Orang (Matius 23:5)
Orang-orang Farisi di zaman itu melakukan kegiatan keagamaan mereka semata-mata agar masyarakat memandang mereka saleh dan punya citra diri yang baik.
Mungkin Anda melakukan pelayanan tidak dengan tujuan supaya dilihat orang. Namun, pernahkah Anda tiba-tiba merasa kecil hati ketika tidak ada seorang pun dalam jemaat yang memperhatikan atau menghargai usaha Anda? Apakah hal ini akhirnya membuat Anda urung memberi atau melayani?
Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. – Kolose 3:23
Ingatlah, upah Anda sudah tersedia di surga, jadi lakukan segala sesuatunya untuk Tuhan, bukan demi dilihat oleh manusia.
3. Suka Menerima Penghormatan (Matius 23:6-7)
Apakah Anda senang ketika mendapat penghormatan usai melayani atau melakukan sesuatu untuk Tuhan? Lalu, ketika tidak ada yang menghargai dan menghormati apa yang telah Anda korbankan—waktu, uang, tenaga, keahlian Anda—bagaimana respon Anda? Apakah Anda marah, kecewa, sakit hati, atau tersinggung?
Saat perasaan-perasaan ini muncul, renungkanlah: Mana yang lebih penting, penghargaan dari manusia atau dari Tuhan?
Lakukan semua itu untuk Tuhan, dan bukan supaya Anda mendapat penghormatan dari orang lain.
Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus. – Galatia 1:10
4. Melakukan Kejahatan tetapi Menutupinya dengan Kegiatan Keagamaan (Matius 23:14)
Seperti halnya orang Farisi, kita sering salah kaprah tentang makna kegiatan keagamaan. Contohnya, Anda berpikir pergi ke gereja pada hari Minggu bisa menghapus dosa Anda dari Senin hingga Sabtu.
Atau, Anda memberikan pelayanan terbaik di gereja untuk menghilangkan perasaan bersalah. Padahal, rasa bersalah ini ada karena Anda belum keluar dari dosa-dosa Anda, sehingga selalu jatuh di dosa yang sama. Ketika Anda berpikir bahwa dosa yang banyak harus diimbangi dengan pelayanan yang banyak pula, Anda sesungguhnya sedang buta secara rohani.
5. Melakukan Perintah Tuhan yang Satu tetapi Mengabaikan yang Lain (Matius 23:23)
Kebutaan rohani juga terjadi ketika Anda pilih-pilih dalam melakukan perintah Tuhan, yaitu menjalankan beberapa saja dan meniadakan yang lain. Dengan melakukan sepuluh perintah Tuhan tapi mengabaikan satu saja perintah-Nya, Anda telah melakukan hal yang sia-sia.
Sebab barangsiapa menuruti seluruh hukum itu, tetapi mengabaikan satu bagian dari padanya, ia bersalah terhadap seluruhnya. – Yakobus 2:10
Meskipun orang-orang Farisi mampu melihat secara lahiriah, juga mengerti, menghafal, dan melakukan hukum-hukum Taurat, Yesus tidak bangga dengan mereka. Karena, yang paling penting adalah motivasi dan kesungguhan kita dalam menjalankan perintah dan ajaran-Nya dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana kita menerapkan pengetahuan tentang Allah secara nyata, bukan sebagai pengetahuan belaka.
Lalu, bagaimana agar mata rohani kita dapat terus terbuka?
Dalam film Bird Box, orang-orang yang melihat monster tersebut tewas bunuh diri akibat dihantui halusinasi. Sementara orang-orang yang ingin selamat, harus menutup mata mereka agar tidak melihatnya. Malorie, sang tokoh utama, harus menggunakan indra pendengaran sebagai ganti penglihatannya agar dapat menyelamatkan diri ke tempat yang aman.
Terkadang, untuk dapat melihat kebenaran, kita harus “buta” dahulu agar dapat melihat dengan mata hati kita. Artinya, kita melupakan teori yang kita tahu, membuang semua pengetahuan, dengan rendah hati mempelajari firman dari nol lagi, lalu melakukannya seperti yang Tuhan kehendaki.
Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. – Matius 7:21
–
Related Articles:
- Bangkit dari Kegagalan Bersama Tuhan
- Menanti Pertolongan yang Tampaknya Mustahil
- Bangkit Kembali: Bersama Kristus Hadapi Krisis
- Ciri-ciri Depresi yang Tidak Kamu Sadari
- Hampa: Perasaan Mematikan yang Menjadi Awal Berkat
Jika Anda ingin mengikuti belajar Alkitab secara personal (Personal Bible Sharing), silahkan lihat lebih lanjut dalam video berikut:
Dan, temukan lebih banyak content menarik & menginspirasi melalui sosial media kami:
Website: https://link.gkdi.org/web
Facebook: https://link.gkdi.org/facebook
Instagram: https://link.gkdi.org/instagram
Blog: https://link.gkdi.org/Blog
Youtube: https://link.gkdi.org/youtube
TikTok: https://link.gkdi.org/tiktok
Twitter: https://link.gkdi.org/twitter
LinkedIn: https://link.gkdi.org/linkedin
Threads: https://link.gkdi.org/threads
Whatsapp: https://link.gkdi.org/whatsapp
Last modified: Aug 2