Tegar Hadapi Broken Home bagi Remaja Kristen dengan 3 Tips Berikut

landing page bible study - gereja - gkdi

Menjadi remaja dalam keluarga yang broken home atau tidak utuh bukanlah hal yang mudah. Menjalaninya tidak semudah mengatakannya. Berbagai tekanan dan pertanyaan bisa silih berganti muncul dalam hati kita. Meskipun ada banyak hal yang ingin kita ketahui, terkadang kita tidak siap mengetahui jawabannya. 

Pergumulan Berada dalam Keluarga yang Broken Home

Broken home-gereja-gkdi 1

Delapan belas tahun saya hidup dalam keluarga yang broken home. Sejak usia tiga tahun, saya tidak pernah lagi melihat sosok pria yang disebut ayah. Keadaan ini memaksa saya untuk merelakan, menahan perasaan, dan berpura-pura seakan hal ini tidak pernah terjadi dalam hidup saya.

Masa Sekolah Dasar adalah masa di mana saya menyadari bahwa keluarga saya tidak lagi utuh akibat kepergian ayah. Mental saya hancur. Saya menyalahkan Tuhan yang telah merancangkan rencana yang begitu jahat terhadap keluarga saya. “Kenapa Tuhan membuatku harus menghadapi keadaan ini?” Tuhan jahat! Aku tidak percaya kepada-Mu!” Begitulah dulu doa yang saya sampaikan kepada Tuhan

Beranjak remaja, kondisi saya tidak serta-merta menjadi lebih mudah. Terkadang  saya merasa tertekan, apalagi sebagai anak sulung laki-laki di keluarga. Saya punya ibu dan seorang adik laki-laki yang secara tidak langsung menjadi tanggung jawab saya. Saya merasa, hidup saya berbeda, tidak seperti anak-anak yang berada dalam keluarga yang utuh.

Apakah Anda juga mengalami hal-hal di atas? Bagaimana caranya supaya sebagai remaja Kristen, kita bisa tetap kuat dan tidak kehilangan semangat di tengah kondisi keluarga yang broken home?

1. Terima Kenyataan

Broken home-gereja-gkdi 2

Ibu saya pernah bercerita bahwa dulu kami tinggal di sebuah rumah kontrakan yang banyak sekali nyamuknya. Suatu kali, ayah memarahi ibu karena ibu tidak berusaha menjaga saya dari gigitan nyamuk sehingga badan saya bentol-bentol. Setelah itu, ayah menggendong dan menjaga saya dari gigitan nyamuk semalaman.

Ketika mendengar cerita ibu, yang terlintas di pikiran saya adalah, “Jika ayah begitu mengasihi saya, anaknya, mengapa dia tega meninggalkan kami?” Meskipun berat dan ada banyak hal yang tidak saya mengerti, saya perlu menerima kenyataan ini. 

Hal pertama dan mungkin juga yang tersulit untuk kita lakukan adalah, menerima kenyataan. Menerima kenyataan berarti, kita tidak lagi mengeluh, terus bertanya “mengapa”, atau bersikap uring-uringan karena keadaan broken home ini. Kita tetap bisa punya sukacita, serta dengan rela mengambil tanggung jawab terkait situasi ini. 

Contohnya, jika karena keadaan ini, kita perlu lebih banyak melakukan pekerjaan rumah tangga, lakukanlah. Ambil hikmahnya dan bertumbuh. Apa pun yang terjadi, life must goes on. Apakah dengan tidak menerima kenyataan, kita dapat mengubah keadaan?

Belajar dari Yusuf

Broken home-gereja-gkdi 3

Kita dapat belajar dari Yusuf. Dibenci, bahkan dibuang ke Mesir oleh saudara-saudaranya. Hidup jauh dari keluarganya, terasing, dan tidak punya siapa-siapa di tengah bangsa lain, membuat Yusuf lebih dari sekedar broken home. Namun, tidak sekalipun ia mengeluh. Ia menerima keadaannya, bahkan menyadari bahwa Tuhan punya rencana melalui hidupnya (Kejadian 45:5). 

Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu. ─ Kejadian 45:5 

Menerima kenyataan bukan hal yang mudah, tetapi hal ini sangat perlu untuk kita miliki. Tidak akan ada gunanya selalu menyalahkan keadaan. Jika kita tidak menerima kenyataan, kita tidak akan bertumbuh, selalu merasa menjadi korban, sering mengasihani diri sendiri, atau merasa diri tidak berharga

Setelah kita berhasil menerima kenyataan, barulah kita bisa melangkah ke tahap selanjutnya.

2. Memaafkan dan Berdamai dengan Orang atau Keadaan Penyebab Broken Home

Broken home-gereja-gkdi 4

Kesalahan yang saya lakukan adalah berusaha keras melupakan semua kenangan, perasaan, dan pikiran terhadap ayah saya. Sayang, melupakan bukanlah cara yang tepat untuk menjadi kuat. Ini hanyalah solusi sementara, karena pasti akan ada waktu-waktu dimana kita pasti akan teringat kembali akan memori tersebut. Dan rasa sedih dan kecewa akan muncul kembali. 

Yang perlu kita lakukan adalah memaafkan orang yang telah menyakiti hati kita, serta berdamai, baik dengan diri sendiri, maupun dengan keadaan. Dengan demikian, kita bisa menjalani hari-hari dengan lebih sukacita dan lebih ringan. Jika pada suatu hari,kenangan pahit itu muncul kembali, kita tidak lagi merasa kecewa atau pahit. Bahkan, kita bisa bersyukur dan melihat berbagai kebaikan di dalamnya. 

Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian. ─ Kolose 3:13  

Kita perlu mengampuni orang lain, karena Tuhan telah mengampuni kita terlebih dahulu.  Jika kita tidak mengampuni orang lain, Tuhan pun tidak akan mengampuni kita (Matius 6:14-15). 

Memaafkan dan berdamai tidak terjadi secara instan, tetapi perlu penyangkalan diri yang luar biasa. Ini seperti pepatah “berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian; bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian”. Memaafkan memang berat pada awalnya, tetapi setelah berhasil memaafkan, kita akan merasa lebih lega, ringan, dan bersukacita. 

3. Jadikan Firman Tuhan Panduan dalam Menjalani Hidup

Broken home-gereja-gkdi 5

Kehilangan sosok ayah membuat saya merasa tidak punya arah hidup semasa kecil. Namun, ibu saya berkata, “Ayah kamu yang di dunia mungkin sudah meninggalkan kita. Namun, kita punya sosok Ayah yang lebih hebat dan sempurna, yang bisa menjadi role model atau panutan, yaitu Tuhan.”

Ucapan ibu membuat saya lebih percaya diri dan bergantung kepada Tuhan. Namun, saya sempat bertanya-tanya, bagaimana caranya Tuhan bisa menjadi teladan, serta pengganti sosok ayah dalam hidup saya? 

Semua itu terjawab dalam 2 Timotius 3:16-17 yang berbunyi “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.”

Seorang ayah mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakukan, serta mendidik kita. Itulah yang firman Tuhan lakukan. Jadi, tidakkah firman Tuhan berfungsi seperti ayah biologis kita di bumi? Dengan hidup di dalam firman-Nya, kita membiarkan Tuhan berperan sebagai orang tua kita. Bahkan jauh lebih baik, karena Dia pasti benar,  tidak pernah salah, dan tidak pernah mengecewakan. 

Bapa bagi anak yatim dan Pelindung bagi para janda, itulah Allah di kediaman-Nya yang kudus. ─ Mazmur 68:5 (TB) 

Bagaimanapun keadaan keluarga kita saat ini, kita punya role model yang sempurna, yaitu Tuhan. Kedua poin di atas juga akan sulit kita lakukan, jika dasarnya bukan firman Tuhan. Mari kita jadikan Tuhan dan firman-Nya sebagai acuan hidup kita.

Berada dalam keluarga broken home bukanlah akhir dari segalanya. Tuhan masih punya banyak rencana untuk Anda, seperti yang diucapkan dalam Yeremia 29:11, “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.

Teman-teman seperjuangan, mari hadapi kondisi keluarga broken home dengan menerima kenyataan, memaafkan dan berdamai dengan penyebab broken home, serta menjadikan firman Tuhan sebagai panduan hidup kita. Yok, bisa yok!

– 

Related Articles:

Gereja GKDI terdapat di 35 kota di Indonesia.
Jika Anda ingin mengikuti belajar Alkitab secara personal (Personal Bible Sharing), silahkan lihat lebih lanjut dalam video berikut:




Dan, temukan lebih banyak content menarik & menginspirasi melalui sosial media kami:
Website: https://link.gkdi.org/web
Facebook: https://link.gkdi.org/facebook
Instagram: https://link.gkdi.org/instagram
Blog: https://link.gkdi.org/Blog
Youtube: https://link.gkdi.org/youtube
TikTok:https://link.gkdi.org/tiktok