Daud dikenal sebagai orang yang berkenan di hati Tuhan. “The man after God’s own heart”. Banyak orang yang dipilih Tuhan, tetapi tidak diragukan, Daud adalah salah satu yang terdekat dengan-Nya. Hubungan Daud dengan Tuhan adalah hubungan yang selalu bertumbuh dan dinamis. Hubungan yang tidak dijauhkan oleh kondisi dan keadaan.
Jika kita membaca kisah hidup Daud, kita pasti menyadari bahwa hidupnya tidak selalu indah dan berjalan baik. Dia pernah berada di puncak kejayaan (istana besar, keluarga, kerajaan yang damai!). Dia pernah berada di titik paling rendah dari yang terendah (bayangkan, seorang raja yang menyamar menjadi orang gila!). Bahkan, Daud pernah melakukan dosa yang keji di hadapan Allah (mencuri istri orang dan membunuh suaminya?!). Rodanya terus berputar, sama seperti yang kita semua alami, meskipun dalam skala yang lebih ekstrem.
Bagaimana Daud menjaga hubungannya dengan Tuhan melewati pahit-manisnya kehidupan? Apa yang istimewa dari gembala muda yang menjadi raja Israel ini sehingga dia dapat memenangkan hati Tuhan? Belajar dari Daud dapat membantu kita mendapatkan kunci menuju hati Tuhan. Mari kita lihat beberapa hal yang membuat Daud memenangkan hati Tuhan.
1. Daud percaya bahwa Tuhan adalah gembala dan dia adalah domba
“Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Dia membaringkan aku, di padang yang berumput hijau…”
Mazmur 23 menggambarkan posisi Tuhan di hati Daud. Tuhan adalah gembala dan penyedia. Daud merasa aman dalam bimbingan-Nya.
Apa artinya jika kita sungguh-sungguh mempercayainya seperti Daud mempercayainya? Seekor domba tidak khawatir akan sesuatu apa pun. Dia mengandalkan gembalanya untuk menjaga keselamatannya dan memenuhi kebutuhannya. Daud juga tahu bahwa gembalanya tidak akan mencelakainya. Dia mempercayainya sepenuh hati dan mengenal suaranya.
Dalam hidup, kita seringkali merasa lebih tahu apa yang terbaik untuk diri kita. Bahkan, daripada Tuhan sekalipun! Memang mudah mempercayai Tuhan saat keadaan sedang baik. Namun, saat keadaan tidak baik, apakah kita percaya bahwa Tuhan tetap memegang kendali? Bahwa Dia tahu apa yang sedang Dia perbuat? God’s got this. Saya sering membaca slogan itu di media sosial. Dalam keadaan apa pun, kita dapat merasa aman seperti Daud dan berkata, “God’s got this”.
2. Daud “mengejar” hubungan dengan Tuhan
“Ya Allah, Engkaulah Allahku, aku mencari Engkau, jiwaku haus kepada-Mu, tubuhku rindu kepada-Mu…” (Mazmur 63:2)
Pernahkah kita melihat sepasang kekasih yang sedang kasmaran? Keduanya saling merindukan keberadaan satu sama lain. Banyak waktu dihabiskan bersama. Ada tawa, ada pertengkaran, ada kebahagiaan, ada masalah. Tetapi, rasa cinta membuat mereka tetap ingin bersatu. Sekarang, bayangkan jika hanya salah satu kekasih yang mengejar-ngejar. Hanya satu yang mencintai sepenuh hati dan rela berkorban untuk kekasihnya. Apakah hubungan itu akan bertahan dan menjadi hubungan yang sehat?
Sayangnya, seringkali itulah gambaran hubungan kita dengan Tuhan. Tuhan mengasihi kita dengan sepenuh hati dan selalu siap menerima kita dalam keadaan apa pun. Tetapi, tak jarang kita suam-suam kuku dan tidak rela mencurahkan segenap diri kita.
Mungkin yang menjadikan Daud salah satu kekasih terbaik Allah adalah kerinduannya untuk selalu bersama-Nya. Dalam keadaan senang maupun susah, dia tidak melupakan-Nya dan selalu mengejar-Nya. Syukurlah, kasih karunia Tuhan tidak pernah habis bagi kita. Kita dapat kembali kepada-Nya dan belajar untuk menjadi kekasih yang lebih baik lagi bagi-Nya.
3. Daud tahu untuk dapat berkenan di hati Tuhan, dia harus rendah hati, berserah, dan taat
“TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya” (Mazmur 34:18).
Apakah itu kalimat yang lazim diucapkan oleh seorang pemimpin dan panglima perang? Apalagi, raja dari salah satu kerajaan terbesar dan terkuat di bumi! Rendah hati, berserah, dan taat bukanlah karakteristik yang umum dimiliki oleh pemimpin-pemimpin besar!
Tetapi, perjalanan hidup Daud mengajarkannya untuk rendah hati, berserah, dan taat kepada Tuhan. Karakter-karakter itu membuat Tuhan dapat membentuk Daud seturut kehendak-Nya. Itulah yang membedakan Daud. Daud mempunyai hati yang takut akan Tuhan. Daud tidak “take credit” atas semua yang diraih dan dimilikinya. Dia juga terbuka untuk semua didikan dan koreksi Tuhan (Mazmur 26:2).
Jika kita ingin menjadi orang yang berkenan di hati Tuhan, kita harus terus belajar untuk rendah hati, berserah, dan taat seperti Daud. Setinggi atau serendah apa pun posisi kita. Sebaik atau seburuk apa pun keadaan kita.
4. Daud tidak menyembunyikan apa pun di hadapan Tuhan
“Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: “Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku, dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku” (Mazmur 32:5).
Pernahkah kita mengetahui bahwa orang yang kita kasihi menyembunyikan sesuatu dari kita? Mungkin anak atau pasangan kita melakukan kesalahan dan menyembunyikannya. Atau seorang sahabat mengambil keputusan dan merahasiakannya. Mungkin orangtua kita menceritakan kekhawatirannya kepada kakak atau adik kita, tetapi tidak kepada kita?
Berada di posisi itu tidak menyenangkan. Faktanya, biasanya kita sakit hati bukan karena kesalahan atau apa yang mereka lakukan. Tetapi, karena mereka tidak terbuka kepada kita.
Saat seseorang terbuka kepada kita, kita merasa dekat dan dipercaya. Kita menghargai keterbukaan itu. Mungkin itulah yang membuat Daud begitu spesial di hati Tuhan. Dia menceritakan segalanya kepada Tuhan, bahkan dosa-dosanya sekalipun. Tentu saja Tuhan tahu setiap hal yang kita lakukan. Tetapi, keterbukaan Daudlah yang membuatnya istimewa.
5. Daud mengingat dan bersyukur atas hal-hal yang telah Tuhan lakukan
Lalu masuklah raja Daud ke dalam, kemudian duduklah ia di hadapan TUHAN sambil berkata: “Siapakah aku ini, ya Tuhan ALLAH, dan siapakah keluargaku, sehingga Engkau membawa aku sampai sedemikian ini? … Dan bangsa manakah di bumi seperti umat-Mu Israel, yang Allahnya pergi membebaskannya menjadi umat-Nya, untuk mendapat nama bagi-Nya dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang besar dan dahsyat bagi mereka, dan dengan menghalau bangsa-bangsa dan para allah mereka dari depan umat-Nya?”(2 Samuel 7:18, 23)
Dengan perjalanan hidup yang dipenuhi pasang-surut, mudah bagi Daud untuk merasa pahit dan mengingat hal-hal buruk yang terjadi kepadanya. Tetapi, Daud selalu fokus kepada kebaikan-kebaikan Tuhan dan bersyukur atasnya. Perjalanan hidupnya tidak menjadikan hatinya keras. Mungkin, ucapan-ucapan syukurnyalah yang membuat hatinya tetap lembut dan rendah hati. Seperti pada ayat yang kita baca di atas, Daud mengingat hal-hal baik yang telah Tuhan lakukan dan bersyukur atasnya.
Bagaimana dengan kita? Apakah kita lebih mengingat hal-hal baik yang telah Tuhan lakukan dalam hidup kita, atau malah kesusahan-kesusahan yang kita alami? Apakah kita mengutarakan rasa syukur kita kepada Tuhan setiap hari? Jika saat ini kita merasa sulit untuk bersyukur, mungkin kita bisa berlatih untuk mengucapkannya lebih dulu dan membiarkan Tuhan mengubahkan hati kita.
Masih banyak yang dapat kita pelajari dari hubungan Daud dengan Tuhan. Tetapi, satu hal yang pasti, dari milyaran manusia di muka bumi ini, Tuhan memandang Daud sebagai salah satu yang paling dekat dengan hati-Nya. Bayangkan jika saat kita bertemu dengan Tuhan suatu hari nanti, Tuhan melihat kita dan berkata, “Kamu berkenan di hati-Ku!”
https://www.youtube.com/watch?v=6FLyeV2fVYo
–
Jika Anda ingin mengikuti belajar Alkitab secara personal (Personal Bible Sharing), silahkan lihat lebih lanjut dalam video berikut:
Dan, temukan lebih banyak content menarik & menginspirasi melalui sosial media kami:
Website: https://link.gkdi.org/web
Facebook: https://link.gkdi.org/facebook
Instagram: https://link.gkdi.org/instagram
Blog: https://link.gkdi.org/Blog
Youtube: https://link.gkdi.org/youtube
TikTok: https://link.gkdi.org/tiktok
Twitter: https://link.gkdi.org/twitter
LinkedIn: https://link.gkdi.org/linkedin
Threads: https://link.gkdi.org/threads
Whatsapp: https://link.gkdi.org/whatsapp
Last modified: Jul 7